Tempe dan tahu, dua protein lauk yang menjadi staple food di Jawa sejak jaman baheula dan kini bahkan semakin ngetrend sejak veganisme bergaung dimana-mana. Dulu ketika masih tinggal di Tanjung Pinang, seingat saya kedua lauk ini tak pernah muncul di meja makan. Ibu saya tidak pernah menyajikannya. Melimpahnya hasil laut seperti ikan dan seafood lainnya dengan harga yang sangat terjangkau membuat dua olahan kedelai ini tak pernah masuk kedalam list menu sehari-hari. Tapi setelah kami pindah ke Paron, Jawa Timur, maka tempe dan tahu seakan tak pernah absen. Harganya yang murah sebenarnya menjadi alasan utama mengapa kedua lauk ini menjadi pilihan utama ibu rumah tangga yang ingin tetap bisa menghadirkan makanan sehat dengan rasa lezat. Selain itu, makanan ini juga sangat fleksibel diolah menjadi beragam jenis masakan.
Walau kini tempe dan tahu perannya bergeser bukan sebagai lauk utama lagi melainkan hanya sebagai snack atau side dish, tapi dulu kedua makanan ini adalah lauk utama di rumah kami. Nenek saya, Mbah Wedhok, setiap hari akan menyediakan tempe atau tahu goreng, sayur asem atau sayur sop dan secobek sambal terasi atau sambal tomat. Sesekali makanan ini akan terasa luar biasa sedap, bahkan hingga kini masih sering saya cari, tapi tidak jika disantap setiap hari. Membuka tudung saji dan bertemu tempe goreng adalah pengalaman yang sama sekali tidak mengesankan. Kecuali jika saat itu perut benar-benar didera rasa lapar yang luar biasa. 😂
from Just Try & Taste http://bit.ly/2IbPdjL Resep Jangan Lombok JTT-RESEP MEMASAK
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar